Kematian
maternal adalah kematian perempuan selama hamil, bersalin dan nifas yang
disebabkan kehamilan atau saat penanganannya.1 Komplikasi obstetri
sebagai penyebab utama kematian maternal yang menjadi target tujuan pembangunan
berkelanjutan (SDGs) dan diharapkan menjawab ketertinggalan pembangunan negara,
baik di negara maju maupun berkembang. Salah satu komplikasi dalam kehamilan
adalah Kehamilan Ektopik Terganggu (KET).2 Pada dasarnya, kehamilan
secara normal berada di kavum uteri. Kehamilan ektopik terjadi di luar Rahim,
misalnya di tuba, ovum, atau rongga perut. 1
Kehamilan ektopik merupakan penyebab
penting dari kesakitan dan kematian maternal, karena tempat tumbuh janin yang
abnormal dan mengakibatkan gangguan berupa rupture
tuba, karena janin semakin membesar di tempat yang tidak semestinya. Hal
ini dapat mengakibatkan perdarahan yang terkumpul dalam rongga perut dan menimbulkan
rasa nyeri setempat atu menyeluruh yang berat, disertai pingsan dan syok.2
Tanpa pengobatan, kehamilan ektopik dapat menjadi fatal dan mengancam
keselamatan ibu dan janin. Kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan dengan
pertumbuhan sel telur yang telah dibuahi dan tidak menempel pada dinding
endometrium kavum uteri. Bila kehamilan tersebut mengalami proses pengakhiran
atau abortus maka disebut dengan kehamilan ektopik terganggu.3
Sebagian besar kehamilan ektopik
berlokasi di tuba fallopi (90-95%) dengan 70-80% di ampula. Sangat jarang
terjadi di ovarium, cavum abdominal, canalis servikalis, dan intraligamenter.3
Kehamilan ektopik adalah penyebab hampir 5% kematian di negara maju. Kehamilan
ektopik diidentifikasi dengan menggabungkan temuan klinis serta pemeriksaan
serum dan sonografi transvagina. Temuan klinis yang dinilai adalah riwayat amenore, perdarahan pervaginam dan nyeri
perut bawah. Ketika nyeri semakin berat yang disertai pemeriksaan cavum
douglass menonjol maka didiagnosis dengan KET. Mereka yang diperkirakan ruptur
tuba perlu segera menjalani terapi pembedahan.4
Kehamilan ektopik terganggu berbeda
dengan kehamilan ektopik terganggu. Kehamilan ektopik belum terganggu sulit
diketahui, karena biasanya penderita tidak menyampaikan keluhan yang khas. Pada
umumnya penderita menunjukkan gejala-gejala seperti pada kehamilan muda yakni
mual, pembesaran disertai rasa agak sakit pada payudara yang didahului
keterlambatan haid.6 Disamping gangguan haid, keluhan yang paling
sering ialah nyeri di perut bawah yang tidak khas, walaupun kehamilan ektopik
belum mengalami ruptur. Kadang-kadang teraba tumor di samping uterus dengan
batas yang sukar ditentukan. Gejala lain yang muncul seperti amenorea atau terlambat haid. Perdarahan
atau spotting per vaginam yang terjadi pada sebagian besar kasus, yakni 2-3
minggu setelah terlambat haid. Nyeri perut yang biasanya unilateral dan ini
biasanya khas untuk kehamilan tuba,tetapi bias juga bilateral, di perut
bawah,perut atas atau bahkan seluruh bagian perut. Sebagian kasus menunjukkan
pula adanya nyeri bahu,yakni apabila perdarahan yang terjadi sudah mulai
mengiritasi diafragma.6
Gejala dan tanda kehamilan ektopik
terganggu sangat berbeda-beda, dari perdarahan banyak yang tiba-tiba dalam
rongga perut sampai terdapatnya gejala yang tidak jelas, sehingga sukar membuat
diagnosisnya. Gejala dan tanda bergantung pada lamanya kehamilan ektopik
terganggu, abortus atau ruptur tuba, tuanya kehamilan, derajat perdarahan yang
terjadi, dan keadaan umum penderita sebelum hamil.7 Nyeri merupakan
keluhan utama pada kehamilan ektopik terganggu (KET).8 Pada ruptur
tuba, nyeri perut bagian bawah terjadi secara tiba-tiba dan intensitasnya
disertai dengan perdarahan yang menyebabkan penderita pingsan, tekanan darah
dapat menurun dan nadi meningkat serta perdarahan yang lebih banyak dapat
menimbulkan syok, ujung ekstremitas pucat, basah dan dingin. Pada pemeriksaan
dalam ditemukan bahwa usaha menggerakkan serviks uteri menimbulkan rasa nyeri
dan kavum Doglas teraba menonjol, berkisar dari diameter 5 sampai 15 cm, dengan
konsistensi lunak dan elastis.9
Kehamilan Risiko Tinggi adalah salah satu kehamilan
yang di dalamnya kehidupan atau kesehatan ibu dan anak dalam bahaya. Risiko
adalah suatu ukuran statistik dari peluang atau kemungkinan untuk terjadinya
suatu keadaan gawat darurat yang tidak diinginkan pada masa mendatang, seperti
kematian, kesakitan, kecacatan, ketidaknyamanan, atau ketidakpuasan pada ibu
dan bayi. Ukuran risiko menurut Poedji Rochyati dapat dituangkan dalam bentuk
angka disebut SKOR. Kehamilan Risiko Rendah (KRR) dengan jumlah skor 2.10
Kehamilan tanpa masalah/faktor risiko, fisiologis dan kemungkinan besar diikuti
oleh persalinan normal dengan ibu dan bayi hidup sehat. Kehamilan Risiko Tinggi
(KRT) dengan jumlah skor 6-10, yaitu kehamilan dengan satu atau lebih faktor
risiko, baik dari pihak ibu maupun janinnya yang memberi dampak kurang
menguntungkan baik bagi ibu maupun janinnya, memiliki risiko kegawatan tetapi
tidak darurat. Kehamilan Risiko Sangat Tinggi (KRST), dengan jumlah skor ≥ 12.11
Kartu Skor Poedji
Rochjati (KSPR) yaitu berupa kartu skor yang digunakan sebagai alat skrining
antenatal berbasis keluarga guna menemukan faktor risiko ibu hamil, yang
selanjutnya dilakukan upaya terpadu untuk menghindari dan mencegah kemungkinan
terjadinya upaya komplikasi obtetrik pada saat persalinan.6 Skor
Poedji Rochjati adalah cara untuk mendeteksi dini kehamilan yang memiliki
risiko lebih besar dari masanya, akan terjadinya penyakit atau kematian sebelum
maupun setelah persalinan. Fungsi penskoran adalah sebagai alat komunikasi
informasi dan edukasi/klien, selain itu juga digunakan sebagai alat peringatan
bagi petugas kesehatan.7 Penentuan risiko tinggi kehamilan
didasarkan pada tabel skor berikut:
Tabel 1. Kartu Skor Poedji Rochjati
Terapi medikamentosa dan penatalaksanaan
bedah Penanganan kehamilan ektopik pada umumnya adalah laparotomi.9 Selain
itu juga bisa dilakukan dengan pembedahan konservatif, dimana integritas tuba
dipertahankan.12 Pembedahan radikal Salpingektomi juga dapat dilakukan
apabila ibu penderita kehamilan ektopik pada keadaan berikut ini: 1) kehamilan
ektopik mengalami ruptur (terganggu), 2) pasien tidak menginginkan fertilitas
pasca operatif, 3) terjadi kegagalan sterilisasi, 4) telah dilakukan
rekonstruksi atau manipulasi tuba sebelumnya, 5) pasien meminta dilakukan
sterilisasi, 6) perdarahan berlanjut pasca salpingotomi, 7) kehamilan tuba
berulang, 8) kehamilan heterotopik, dan 9) massa gestasi berdiameter lebih dari
5 cm.11
Peran bidan dalam mengatasi Kehamilan Ektopik Terganggu adalah dengan
melakukan upaya pencegahan gerakan sayang ibu. Gerakan sayang ibu/Safe Motherhood merupakan upaya untuk
menyelamatkan wanita agar kehamilan dan persalinan yang dilalui sehat dan aman,
serta melahirkan bayi yang sehat. Safe
Motherhood memiliki empat pilar utama yaitu keluarga berencana,
pelayanan antenatal care (ANC), persalinan yang aman, pelayanan obstetrik
esensi/emergensi.10
Upaya untuk menurunkan kasus komplikasi
dalam kehamilan adalah mendekatkan pelayanan di tengah masyarakat dengan
menempatkan bidan desa, meningkatkan penerimaan KB sehingga ibu hamil makin
berkurang dan komplikasi semakin menurun, meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, menyebarkan keberadaan ahli obstetrik ginekologi yang berorientasi
pada aspek sosial dan meningkatkan upaya rujukan jika terjadi kegawatdaruratan.9
DAFTAR PUSTAKA
Mariya Nabila2021-10-13
Sangat bermanfaat artikelnya👍
Balasmurtiningsih2021-08-15
mantap
Balas