Angka kejadian berat badan lebih dan
obesitas mengalami peningkatan. Berdasarkan data CDC, pada tahun 2015-2016
prevalensi obesitas pada orang dewasa mencapai 39,6%, meningkat jauh
dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Keadaan berat badan lebih dan
obesitas pada kehamilan merupakan salah satu kondisi obstetrik berisiko tinggi karena
dapat meningkatkan risiko morbiditas dan mortalitas ibu dan janin.1
Komplikasi yang dapat terjadi pada masa antepartum antara lain meningkatkan
risiko diabetes gestasional dan hipertensi, komplikasi intrapartum seperti
perdarahan postpartum, distosia bahu, dan kegagalan induksi. Masa postpartum,
obesitas terbukti meningkatkan risiko tromboemboli. Komplikasi pada janin yang
dapat terjadi pada obesitas dalam kehamilan yaitu meningkatkan risiko kecacatan
janin dan makrosomia. Beberapa guideline
menganjurkan tata laksana kolaboratif multidisiplin antara dokter umum, bidan,
dokter spesialis obstetri dan ginekologi, ahli anestesi, ahli gizi, serta
kedokteran olahraga dalam melakukan tatalaksana pada ibu hamil dengan obesitas.2
Obesitas
merupakan suatu keadaan dimana terjadinya ketidakseimbangan antara berat badan
dan tinggi badan hal ini disebabkan karena adanya jaringan lemak yang berlebih
di dalam tubuh sehingga menyebabkan terjadi berat badan yang berlebih atau
obesitas.2 Beberapa ahli yang lain menyatakan bahwa berat badan
merupakan keadaan akumulasi lemak yang berlebih dan dapat mempengaruhi
kesehatan tubuh. Salah satu cara yang biasanya digunakan untuk mengetahui berat
badan berlebih atau tidak adalah dengan menghitung indeks massa tubuh (IMT).3
Terdapat berbagai faktor yang menyebabkan
terjadi obesitas selama kehamilan yaitu faktor herediter (faktor internal) dan
faktor non herediter (faktor eksternal). Faktor herediter terdiri dari riwayat
keluarga, sedangkan faktor non herediter teridiri dari aktivitas fisik dan pola
makanan.4 Riwayat keluarga dapat menjadi faktor obesitas pada ibu
obesitas saat masa kehamilan hal ini dikarenakan unsur lemak yang terdapat
didalam tubuh dengan jumlah yang banyak atau tidak normal, secara otomatis akan
diturunkan pada keluarga, selain itu riwayat keluarga yang mempunyai gaya hidup
dan mempunyai kebiasaan mengkonsumsi makanan tertentu dapat menjadi faktor
terjadi nya obesitas dalam masa kehamilan.5
Penegakkan
diagnosa pada ibu hamil dapat ditentukan oleh manifestasi klinis dan juga
pemeriksaan fisik antropometri, manifestasi klinis yang sering ditemukan pada
ibu hamil dapat berupa paha tampak membesar, hidung dan mulut relatif tampak
kecil dengan dagu berbentuk ganda, kelainan emosi raut muka, wajah bulat dengan
pipi tembem, leher relatif pendek dada membusung dengan payudara membesar, lengan
atas membesar, pada pembesaran lengan atas ditemuka pada bisep dan trisep,
perut membuncit (pendulous abdomen) dan
striae abdomen, dan pubertas ginigenu
valgum (tungkai berbentuk X) dengan kedua pangkal paha bagian dalam saling
menempel.6
Pertambahan berat badan pada ibu hamil
merupakan salah satu fenomena biologis yang berpengaruh terhadap perkembangan
janin. Di Indonesia, standar pertambahan berat badan ibu hamil normal berkisar
9-12 kg.6 Peningkatan berat badan pada ibu hamil tidak boleh terlalu
banyak atau sedikit, harus disesuaikan dengan rekomendasi yang berlaku. Sebab,
peningkatan berat badan yang berlebih atau kurang akan menimbulkan akibat buruk
bagi janin dan ibu. Bahkan, hal ini dapat memberikan efek jangka panjang pada
janin atau pada kehamilan berikutnya.7
Data
dari Pregnancy Risk Assessment Monitoring System menyatakan
bahwa 50–73% ibu hamil di Amerika Serikat mengalami penambahan berat badan di
luar rentang yang direkomendasikan. Padahal, sebagian besar dokter spesialis
kebidanan telah memberikan edukasi mengenai penambahan berat badan yang
disarankan selama kehamilan pada saat kunjungan antenatal.8 Sebuah
survei menyatakan bahwa mayoritas ibu merasa tidak mendapat edukasi mengenai
batasan peningkatan berat badan selama kehamilan, bahkan ada beberapa subjek
yang merasa bahwa dokter menyarankan peningkatan berat badan di luar kisaran
yang disarankan.8 Padahal, peningkatan berat badan yang tidak sesuai
dapat menyebabkan masalah seperti: peningkatan berat badan lebih dari kisaran
yang disarankan, Large gestational age (LGA), hipertensi
pada kehamilan, persalinan dengan operasi sesar akibat
distosia, peningkatan berat badan kurang dari kisaran yang disarankan, Intrauterine fetal growth restriction (IUGR), Small gestational age (SGA), Persalinan premature,
serta gangguan perkembangan neurologis janin (mungkin dapat memengaruhi
perkembangan neurologis setelah dilahirkan).9
Obesitas dapat diketahui dengan melihat
hasil IMT sebagai berikut:
Tabel 1. Indeks Masa Tubuh (IMT)
Sumber: WHO, 2014
Saat
ini, sudah banyak penelitian yang dilakukan untuk menentukan kisaran
peningkatan berat badan ideal bagi ibu hamil. Salah satu rekomendasi yang
paling banyak dianut adalah rekomendasi dari Institute of Medicine (IOM),
Amerika Serikat. Dalam rekomendasi IOM terbaru,
peningkatan berat badan ditentukan berdasarkan indeks massa
tubuh (IMT). Standar pertambahan berat badan tiap trimester (trimester 1
adalah usia kehamilan 0-12 minggu, trimester 2 adalah 13-27 minggu dan
trimester 3 adalah usia kehamilan 28-40 minggu) sesuai dengan tabel berikut:
Tabel 2. Tabel Penambahan Berat Badan Ibu Hamil
Sumber: WHO, 2014
Rekomendasi IOM membedakan derajat obesitas. Diperkirakan, obesitas
derajat II (IMT 35–39,9 kg/m2) dan derajat III
(IMT ≥40 kg/m2) sebaiknya mengalami penambahan
berat badan lebih sedikit dari kisaran yang disarankan (5–9 kg). Bukti yang ada
saat ini belum mencukupi untuk membuat rekomendasi penambahan berat badan untuk
kategori obesitas derajat II dan III.10
Kehamilan dengan >1 janin
tentunya menyebabkan peningkatan berat badan yang lebih banyak dibandingkan
kehamilan 1 janin, juga mencantumkan rekomendasi penambahan berat badan untuk
kehamilan kembar (2 janin). Namun, belum ada bukti yang memadai untuk membuat
rekomendasi peningkatan berat badan untuk kategori underweight pada kehamilan >2 janin. Adapun
peningkatan janin kembar adalah sebagai berikut:
Tabel 3. Peningkatan Bera Badan untuk Janin Kembar
Sumber: WHO, 2014.
Pertambahan berat badan pada ibu hamil
tidak hanya dipengaruhi oleh perubahan fisiologis ibu tetapi juga dipengaruhi
oleh karakteristik lain dan faktor biologis seperti metabolism plasenta.11
Kehamilan risiko sangat tinggi (KRST) merupakan kelompok risiko ibu hamil
yang jumlahnya paling banyak pada kasus kematian maternal diikuti oleh
Kehamilan Risiko Tinggi (KRT) dan Kehamilan Risiko Rendah (KRR) paling sedikit.
Hal tersebut merupakan hal yang wajar, namun masih didapatkan kehamilan dengan
risiko rendah, hal ini membuktikan bahwa tidak ada kehamilan yang tidak
berisiko. Sesuai dengan sistem skor Puji Rochyati (KSPR), bahwa 2 merupakan
skor minimal dalam setiap kehamilan.12
Terdapat dua hal yang dapat mencegah terjadinya obesitas pada ibu hamil
yaitu pengaturan nutrisi dan pola makan pada ibu hamil. Ibu hamil sebaiknya
menghindari makan makanan yang mengandung banyak lemak terutama lemak jenuh.
Lemak jenuh dapat memudahkan terjadinya gumpalan lemak yang menempel pada
dinding pembuluh darah. Konsumsilah sedikit lemak (30% dari jumlah keseluruhan kalori
yang dikonsumsi).13 Selain itu, kurangi konsumsi karbohidrat yang
berlebihan supaya berat badan dapat berada diposisi normal
Terdapat beberapa guideline
yang menjelaskan tentang tatalaksana obesitas pada ibu hamil. Royal Australian and New Zealand College of
Obstetricians and Gynaecologist (RANZCOG) menyatakan penatalaksanaan
obesitas, bidan sebaiknya dibantu oleh ahli gizi dan spesialisasi kedokteran
keluarga. Ada beberapa teknik yang direkomendasikan yaitu teknik motivational interviewing yang
disesuaikan dengan kondisi pasien dan juga patient-centered
yang bertujuan untuk mengontrol gaya hidup, diet dan olahraga.14
Wanita obesitas dapat melakukan operasi bariatrik yang diketahui dapat
memberikan dampak yang positif pada ibu dan bayi, namun disarankan untuk
melakukan konsultasi pada ahli gizi terlebih dahulu, setelah melakukan operasi
bariatrik pasien sebaiknya diberikan suplementasi, suplemen yang dapat
diberikan seperti vitamin B12, zat besi, folat, vitamin D, dan kalsium.15 Institute of Medicine
(IOM) tahun 2009 dalam panduannya merekomendasikan penambahan berat badan
6,8-11,3 kg untuk wanita yang belum hamil, kemudian untuk wanita sebelum hamil
obesitas berat badan 5,0- 9,1 kg pada kehamilan tunggal. Beberapa suplemen yang
dianjurkan pada pasien sebelum kehamilan yaitu asam folat 5 mg perhari pada
wanita dengan IMT >30kg/m2.16 Berdasarkan guideline RCOG
merekomendasikan pemberian suplemen vitamin D, hal ini dikarenakan ditemukan
adanya korelasi terbalik antara IMT dengan kadar vitamin D. Berdasarkan guideline RANZCOG merekomendasikan 150
mcg yodium per hari dan vitamin D bila pasien memiliki status defisiensi vitamin
D.16
Daftar Pustaka
Ast2021-10-13
Terima kasih pengetahuannya. Obesitas sebelum kehamilan kadang tidak mendapatkan perhatian khusus, padahal dapat meingkatkan risiko berbahaya bagi ibu dan janinnya.
BalasMelinia2021-10-13
terima kasih, materi yang diberikan sangat jelas
BalasNabila2021-10-13
Artikelnya singkat, padat, jelas, dan lengkapp👍
BalasRiza2021-10-13
lengkap sekali, sangat jelas dengan apa yang dipaparkan. terimakasih
Balasmurtiningsih2021-08-16
Ship lah
Balas