IBU HAMIL

“Yuuuuk, Cegah Stunting/Kerdil Dimulai dari Sekarang”

11 August 2021 Bidan Nusantara 17310

Apakah Anda sudah pernah mendengar tentang stunting? Terjadinya stunting seringkali tidak disadari oleh orang tua, setelah anak berusia dua tahun baru terlihat ternyata anak terlihat lebih pendek daripada teman seusianya, jadi apa itu stunting? apakah benar stunting diturunkan dari orangtua (genetik)?

           Stunting adalah masalah gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya, umumnya karena asupan makan yang tidak sesuai kebutuhan gizi. Stunting dapat terjadi mulai janin masih dalam kandungan dan baru nampak saat anak berusia dua tahun, lalu bagaimana stunting bisa terjadi?

          Proses terjadinya stunting bisa terjadi mulai dari masa remaja calon ibu, ketika seorang remaja yang kurang gizi/ kekurangan energi kronik (KEK) dan kekurangan sel darah merah (anemia) nantinya akan menikah (calon pengantin) dan memiliki peran menjadi ibu, jika kurang gizi/ KEK dan anemia saat remaja tidak diperbaiki maka akan menjadi parah ketika ibu mengandung, karena kebutuhan gizi ibu hamil meningkat untuk mencukup kebutuhan ibu dan janin.

          Anak yang stunting akan memiliki beberapa ciri, ciri-ciri utamanya ialah anak terlihat lebih pendek dibanding dengan anak seusianya dengan jenis kelamin yang sama. Selain itu, anak juga akan terlihat lebih kurus, sedangkan gejala klinis lain tidak spesifik. Tetapi, apabila dilakukan pemeriksaan laboratorium mungkin saja anak mengalami kekurangan (defisiensi) makronutrien. Khususnya protein dan beberapa mikronutrien seperti vitamin A, vitamin D, atau mineral seperti zat besi, zink. Anak-anak yang mengalami stunting bisa dilihat dari beberapa ciri seperti berikut ini:

1. Tanda pubertas terlambat.

2. Memiliki kemampuan buruk dalam menyerap pelajaran.

3. Pertumbuhan gigi terlambat.

4. Anak menjadi lebih pendiam.

5. Usia 8-10 tahun anak menjadi lebih pendiam dan tidak banyak melakukan kontak mata dengan orang di sekitarnya.

6. Wajah anak lebih muda dari usianya.

7. Pertumbuhan tinggi terhambat.

         

Anak yang stunting akan memiliki beberapa dampak buruk yang terjadi dalam jangka pendek dan jangka panjang. Lalu apa saja dampak yang akan terjadi dengan anak stunting?

A.   Jangka pendek:

1. Gangguan tumbuh kembang otak.

2. IQ rendah.

3. Gangguan sistem imun.

B.   Jangka panjang:

1. Perawakan pendek.

2. Menurunnya kemampuan kognitif dan prestasi belajar

3.    Menurunnya kekekbalan tubuh sehingga anak mudah sakit

4.    Anak memiliki risiko tinggi terhadap penyakit diabetes, kegendutan (obesitas), penyakit jantung dan pembuluh darah, kanker, stroke, dan disabilitas usia tua

         

Terjadinya stunting tidaklah tiba-tiba tetapi ada faktor risiko yang mendukung kejadian stunting, faktor utamanya adalah tidak terpenuhinya gizi selama 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) Anak, dimulai dari anak sejak di dalam kandungan hingga berusia 2 tahun. Faktor risiko lainnya adalah pola asuh yang tidak baik, kurangnya akses makanan bergizi karena tergolong mahal, kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi, dan terbatasnya layanan kesehatan. Tetapi tenang, ternyata stunting bisa dicegah lho! dengan cara mengoptimalkan 1000 HPK anak, pengoptimalan 1000 HPK anak dapat dilakukan dengan cara:

1.    Melakukan perbaikan terhadap pola makan

          Kita perlu memperhatikan pola asupan makanannya dengan prinsip yang direkomendasikan oleh ahli gizi ialah “Isi Piringku”, Dalam satu porsi makan, setengah piring diisi oleh sayur dan buah, setengahnya lagi diisi dengan sumber protein (baik nabati maupun hewani) dengan proporsi lebih banyak daripada karbohidrat. Ibu hamil juga harus rutin memeriksakan kehamilannya (Antenatal care) ke bidan/dokter, pemeriksaan fisik yang akan dilakukan pada ibu hamil untuk mengetahui seorang ibu mengalami kurang gizi/kekurangan energi kroni (KEK) adalah dengan mengukur lingkar lengan atas (LILA), normal LILA adalah tidak kurang dari 23,5 cm, jika seorang ibu memiliki LILA kurang dari 23,5 cm maka ibu memiliki risiko KEK,selain itu pada ibu hamil juga sebaiknya dilakukan pemantauan Indeks Massa Tubuh yang menggunakan berat badan dan tinggi badan dihitung melalui rumus sebagai berikut



Indeks Massa Tubuh normal ialah rentang 18,5-25, jika hasil IMT kurang dari 18, 5 ia dikategorikan kekurangan berat badan, sebaliknya jika nilai IMT lebih dari 25 maka dikategorikan kelebihan berat badan. Selain pemeriksaan LILA dan pemantauan IMT, setelah pemeriksaan ibu hamil juga wajib minum vitamin yang dianjurkan oleh bidan/dokter.

          Perbaikan pola makan tidak hanya diberikan saat masa kehamilan tetapi saat anak lahir juga perlu diperkenalkan dengan pola makan “isi piringku”, karena bagi anak-anak dalam masa pertumbuhan, penting untuk memperbanyak sumber protein sangat dianjurkan, di samping tetap membiasakan mengkonsumsi buah dan sayur.

2.    Melakukan perbaikan pola asuh

          Stunting juga dipengaruhi aspek perilaku, terutama pada pola asuh yang kurang baik dalam praktek pemberian makan bagi bayi dan Balita. Saat anak lahir hendaknya penuhi hak anak, yakni IMD (Inisiasi Menyusu Dini) dan pemberian ASI eksklusif hingga anak berusia 6 bulan, karena ASI mengandung nutrisi yang tepat, lengkap, dan tak tergantikan untuk bayi hingga berusia 6 bulan, pemberian ASI Eksklusif diberikan kapan saja saat bayi memberikan sinyal lapar sampai puas atau jika bayi tidak kunjung menunjukkan sinyal lapar karena tidur lama setidaknya minimal berikan ASI setiap 2 jam sekali per hari. Jika anak mulai menginjak usia di atas 6 bulan hendaknya berikan ia Makanan Pendamping ASI (MPASI).

          Dalam masa pertumbuhan, jangan lupa untuk memantau tumbuh kembang anak minimal dengan melihat Indeks Massa Tubuh Anak (IMT) dengan menggunakan tinggi badan dan berat badan anak yang dihitung melalui rumus sebelumnya, tetapi tenang bunda tidak perlu repot menghitung IMT anak dengan rumus, di website bidannusantara sudah tersedia kalkulator IMT yaa bunda,

          Selain IMD, ASI eksklusif, MPASI, dan pemantauan IMT berikanlah pula hak anak untuk rutin ke posyandu guna mendapatkan kekebalan dari penyakit berbahaya melalui imunisasi dan pemantauan tumbuh kembang.

3.    Melakukan perbaikan sanitasi dan akses air bersih.

         Kebersihan lingkungan juga menjadi fator tidak langung stunting, karena lingkungan yang kotor dapat menimbulkan penyakit pencernaan seperti diare, untuk itu perlu membiasakan cuci tangan pakai sabun dan air mengalir, serta tidak buang air besar sembarangan.

 

Yuuuuk, persiapkan sejak dini, supaya nantinya kita siap memenuhi hak-hak anak demi kebaikan masa depan anak yang lebih baik…

 

Sumber :

Par’I, Halil M, dkk. 2017. Penilaian Status Gizi. Jakarta. Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan

Indonesia baik dan Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika. 2019. Bersama Perangi Stunting. Jakarta. Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2018. WartaKESMAS “Cegah Stunting Itu Penting”. Jakarta. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular. 2018. Cegah Stunting dengan Perbaikan Pola Makan, Pola Asuh, dan Sanitasi. Jakarta. P2PTM Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. http://www.p2ptm.kemkes.go.id/kegiatan-p2ptm/subdit-penyakit-diabetes-melitus-dan-gangguan-metabolik/cegah-stunting-dengan-perbaikan-pola-makan-pola-asuh-dan-sanitasi diakses pada tanggal 9 Agustus 2021

Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular. 2019. Tabel Batas Ambang indeks Massa tubuh (IMT). P2PTM Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. http://www.p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/obesitas/tabel-batas-ambang-indeks-massa-tubuh-imt diakses pada tanggal 9 Agustus 2021

Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2013. Nilai Menyusui. Jakarta. Ikatan Dokter Anak Indonesia. https://www.idai.or.id/artikel/klinik/asi/nilai-menyusui diakses pada tanggal 9 Agustus 2021



Tentang Penulis

Bidan Nusantara

Customer Service


20 Komentar

Tasyaa2021-10-15

informasi yg sangat bagus dan informatif👍🏻 sangat bermanfaat

Balas

Bidan Nusantara2021-10-15

Terimakasih kak Tasya, semoga ilmunya bermanfaat

Balas

Sab2021-10-13

Bener-bener dijelaskan dengan fetail, terimakasih penulis🙏

Balas

Ast2021-10-13

Terima kasih. Pengetahuan yang diperlukan untuk semuanya tidak terkecuali.

Balas

Septi2021-10-13

Terimakasih, informasi yang diberikan mudah dipahami dan sangat bermanfaat 👍

Balas

Mells2021-10-13

Sangat bermanfaat sekali

Balas

Anonim2021-10-13

Artikelnya menarik dan mudah dimengerti🙏

Balas

Anonim2021-10-13

Artikelnya menarik dan mudah dimengerti🙏

Balas

Mamo2021-10-13

Sangat bermanfaat, terimakasih👍

Balas

Wulan2021-10-13

Bagus sekali artikelnya sangat membantu menambah pengetahuan🙏

Balas

Namira2021-10-13

Terimakasih infonya sangat membantu dan bermanfaat

Balas

Mariya Nabila2021-10-13

Artikelnya baguss dan mudah dimengerti 👍

Balas

Tata2021-10-13

Topiknya sangat bagus, bahasanya sangat informatif 👍

Balas

Silvi2021-10-13

Sangat bermanfaat, terimakasih informasi nya 🙏

Balas

Tasyaa2021-10-13

informasi yg sangat bagus dan informatif👍🏻 sangat bermanfaat

Balas

Tasyaa2021-10-13

informasi yg sangat bagus dan informatif👍🏻 sangat bermanfaat

Balas

Anonim2021-10-13

Lengkap sekali infonya untuk pengetahuan ibu masa kini

Balas

Anonim2021-10-13

Sangat bagus ditterapkan sejak dini👍🏻

Balas

Kurnia Zulianti2021-08-20

MasyaAlloh Tabarokalloh. Dengan mengikuti SIBINAR ini kita bisa dengan mudah mendapatkan info2 tentang seputar kehamilan. Pokoknya gak akan rugi kalau baca artikel disini. Ditunggu info update berikutnya ya SIBINAR🤗👌👍

Balas

Bidan Nusantara2021-10-13

Alhamdulillah terima kasih Bu Kurnia, semoga infonya bermanfaat selalu :D

Balas

Tinggalkan Komentar